Menjelajahi Alam Digital yang Luas

 


Resume pertemuan ke : 14

Gelombang                    : 1

Hari /tanggal                  : Rabu, 1 Desember 2021

Narasumber                    : Maesaroh, M.Pd.

Moderator                       : Ms. Phia

Alhamdulillah sudah memasuki pertemuan ke 14 dan masih bisa mengikuti kelas GMLD walau dengan siaran tunda. Tiga hari terakhir ini saya dan Tim betul-betul disibukkan dengan persiapan PKKM (Penilaian Kinerja Kepala Madrasah) yang akan dilaksanakan besok pagi Kamis tanggal 2 Desember pukul 09.00 WIB di Kantor Kemenag Bantul. Semua berkas-berkas dan bukti fisik harus disiapkan sesuai instrumen PKKM. 



Sudah siap semua di mobil besok pagi tinggal cuzzz. Semoga semua lancar dan sukses.

Setiap hari harus lembur sampai sore. Seperti 2 hari sebelumnya,  hari ini saya pulang sampai rumah pukul 17.00 WIB. Padahal harus mengikuti dua kelas online asuhan Omjay. Pukul 16.00 sampai 18.00 WIB kelas GMLD lanjut pukul 19.00 sampai 21.00 WIB kelas BM. Malam kian larut, masih harus menyiapkan beberapa materi PPT  untuk presentasi penilaian kinerja besok pagi. Tapi juga punya tanggung jawab di kelas GMLD. Pukul 21.00 baru sempat buka WAG GMLD siaran tunda dan siap membuat resume. Sementara kelas satunya saya intip sudah masuk sesi tanya jawab. Tak apalah harus tetap tenang, tarik nafas, fokus satu-satu, insya Allah semuanya akan selesai. 

Saya adalah seorang pembelajar, I am a learner. So, walau disela-sela jam yang hectic (sibuk sekali) tapi bagi seorang pembelajar sejati, sesibuk apapun bukan kendala yang berarti. Pokoke aku banget dechhhh. 

"Assalamu’alaikum warohmatullahi wa barokatuuh, Selamat sore,Great Afternoon Bapak ibu Guru Motivator Literasi Digital Se-Nusantara. It is a great pleasure for me to be with you today as the moderator. I am Phia, Call me mz.Phia. Akan membersamai bapak Ibu Hingga pukul 18:00 WIB. Sore hari ini saya akan membersamai seorang Penulis handal, yang juga adalah sahabat rasa saudara untuk saya, She was the on who introduced me to Om Jay’s Community. Beliau adalah yang mengenalkan saya dengan komunitas Om jay hingga saya bisa Menjelajah dunia digital". Demikian suara renyah sang moderator super enerjik, beautiful and smart Ms. Phia dari seberang WAG 

Kelas hari ini akan kita bagi menjadi empat sesi :

1. Opening

2. Topic delivering

3. Question & Answer

4. Closing.

Narasumber kita malam ini adalah seorang Blogger Milenial cantik dan smart ibu Maesaroh, M.Pd. Motto hidupnya adalah " Menulislah untuk hidup seribu tahun". Dengan menulis maka kita akan terus dikenang oleh dunia seakan-akan kita masih tetap hidup. Jasad dan raga boleh mati dan kembali kepada Sang Khaliq. Tapi tulisan dan karya akan tetap hidup sepanjang masih ada kehidupan. Dan ini yang dinamakan amal jariyah, yang pahalanya masih terus mengalir karena bermanfaat ilmunya, meski orangnya sudah tiada.  Mari kita simak profilnya:


Materi malam ini adalah keseharian kita, yaitu Menjelajah Alam Digital yang Luas atau Ngebolang di Dumay. Seorang guru, bahkan anak-anak didik kita, setiap harinya tidak pernah lepas dari dunia maya atau medsos. Bahkan sudah banyak yang menjadi selebgram, seleb tiktok, serta seleb fb. Namun karena kurang literasi, justru membawa mereka kepada pergaulan yang salah, atau jadi penyebar berita hoaks. 

Untuk itu, malam ini kita akan membahas penekanan literasi pada alam digital. Tepatnya literasi di media digital. Untuk mengembangkan budaya literasi genarasi penerus bangsa, di perlukan kecakapan dalam menggunakan media digital dengan beretika dan bertanggung jawab agar mendapatkan informasi yang akurat dan akuntabel. Cerdas ber media sosial berarti cerdas ber literasi. Perlu edukasi yang massif dalam menggerakan literasi digital agar setiap individu dapat dengan mudah memahami informasi dengan benar.

Apa saja yang kecakapan dalam dunia digital?

Ada 4 Pilar/Dasar dalam memahami literasi digital.

Menjelajahi dunia digital tentu perlu kecakapan, agar kita mampu memiliki wawasan yang luas. Tak hanya luas dalam menjelajahi dunia maya saja. Tetapi juga luas secara intelektual


Ada 4 Pilar dalam mengembangkan Literasi Digital

1. Digital Culture cakap  bermedia digital dengan memanfaatkan media digital sebagai alat untuk menghubungkan satu koneksi menuju seluruh dunia

2. Digital Safety cakap dalam melindungi diri dan aset digital ketika sedang berada di dunia digita.

3. Digital Ethics etis dalam menggunakan dunia digital dengan tidak mengalahgunakan alat digital sebagai penyebar informasi hoaks

4. Digital Skill cakap secara tehnologi dalam menggunakan piranti digital sebagai alat untuk meng up grade pengetahuan. Adapun kecakapan dalam hal ini perlu meliputi 8 kecakapan diantaranya : Cakap dalam memakai ilmu Coding, Collaboration, Cloud software, Word Processing software, Screen Casting, Personal digital archiving, Information Evaluation, Use of social media.


Menjelajah alam digital/alam maya. Adalah sebuah alam yang memberi koneksi antara satu individu dengan individu lainnya (jauh menjadi dekat) lewat kecanggihan sebuah teknologi. Seperti yang kita ketahui alam media digital yang kerap kali kita gunakan, adalah aplikasi sosmed berupa WA, IG, FB, Twitter serta perangkat google dengan segala produknya.

Sebagai seorang guru tentu kita mengetahui sebagian besar anak didik kita sudah menggunakan piranti digital. Mereka sangat pandai bergaul di dunia maya. Tak jarang ketika gurunya belum mengerti sebuah aplikasi, tetapi anak muridnya sudah mahir menggunakan medsos. Itulah sebabnya mengapa begitu penting bagi kita untuk menggaungkan literasi digital terhadap anak didik kita ataupun masyarakat di lingkungan kita. 

Tak sedikit dari siswa kita yang terkadang salah kaprah dalam penggunaan media sosial. Pemahaman yang cukup mengenai dunia digital bagi kalangan anak muda dan keterbukaan informasi di media sosial yang memberikan dampak negatif penggunaan media sosial seringkali dialami oleh anak muda hususnya para pelajar. Usia muda atau remaja berasal dari kata adolesence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolesence mempunyai arti yang lebih luas lagi, yaitu mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik. Usia remaja adalah masa peralihn dari kanak-kanak menuju dewasa yang dialaminya dalam tiga tingkatan yaitu praremaja 10-12 tahun, remaja awal 13- 16 tahun dan remaja akhir 17-21 tahun.

Dalam menyongsong abad 21 dimana adanya implementasi pembelajaran melalui mesin (komputasi) segala informasi tersedia dengan luas, dimana saja dan kapan saja. Maka, digital literasi menjadi penting untuk membangun pendidikan yang berintergrasi pada  pergeseran pembangunan pendidikan ke arah ICT, sebagai salah satu strategi manajemen pendidikan 21 yang di dalamnya meliputi tata kelola kelembagaan, dan sumber daya masunia. Untuk itu,  edukasi dari berbagai pihak sangat membantu dalam meningkatkan budaya cerdas ber-literasi agar para generasi penerus bangsa mampu menyarig  informasi  dengan baik yang beredar dari media sosial.

Pemahaman literasi digital yang buruk akan berpengaruh pada dampak psikologis anak dan remaja yang cenderung menghina orang lain, menimbulkan sikap iri terhadap orang lain, mengakibatkan depresi, terbawa arus suasana hati terhadap komentar negatif, serta terbiasa berbicara dengan bahasa kurang sopan. Atas dasar pandangan tersebut, hal inilah yang menyebabkan dampak buruk dalam berinteraksi. 

Setuju ataupun tidak, patut kita refkeksikan hal ini.

Apabila penggunaan piranti digital terlampau tinggi, maka mereka akan cenderung mengalami Digital Fatigue. Mudah-mudahan kita tidak termasuk yang terkena Digital Fatigue. 

Ciri-ciri Digital Fatigue:

Perasaan lelah, bosan, malas, dengan berbagai kegiatan digital seperti zoom meeting, webinar, media sosial, dan berbagai platform digital lain.
Mata terasa sakit, lelah, dan perih.
Mata terasa sakit, lelah, dan perih.
Sakit kepala dan migrain.
Nyeri otot leher, bahu, atau panggung.
Sensitif terhadap cahaya.
Gangguan pada fokus, konsentrasi, dan memori.
Merasa putus asa dan tidak berdaya.
Kewalahan menghadapi situasi yang berulang.
Badan terasa lemah, lesu, tidak bertenaga, dan malas bergerak.
Muncul perilaku yang aneh dan tidak wajar.

Waah dalam kondisi tertentu bisa juga nich kena digital fatigue.. apabila tanpa henti dalam bermedia digital. Semangat yaaa.

Ada 5 kecakapan yang perlu dikuasai dalam berliterasi media bagi pelajar dan semua kalangan.

1. Photo visual literacy
Kemampuan untuk membaca dan menyimpulkan informasi dari visual.
2. Reproduksi literacy
Kemampuan untuk menggunakan teknologi digital untuk menciptakan karya baru dari pekerjaan.
3. Percabangan literacy
Kemampuan untuk berhasil menavigasi di media non-linear dari ruang digital.
4. Informasi literacy
Kemampuan untuk mencari, menemukan, menilai dan mengevaluasi secara kritis informasi yang di temukan di web.
5. Sosio-emosional literacy 
Kemampuan yang mengacu pada aspek-aspek sosial dan emosional yang hadir secara online, apakah itu mungkin melalui sosialisasi, dan berkolaborasi, atau hanya mengkonsumsi konten.



Untuk itu, perlu kita fahami 8 elemen esensial untuk mengembangkan literasi digital:

1. Kultural, yaitu pemahaman ragam konteks pengguna digital.
2. Kognitif, yaitu daya pikir menilai konten.
3. Konstruktif, yaitu reka cipta sesuatu yang ahli dan aktual.
4. Komunikatif, yaitu memahami kinerja dan jejaring komunikasi di dunia digital.
5. Kepercayaan diri yang bertanggungjawab.
6. Kreatif, melakukan hal baru dengan cara baru.
7. Krisis dalam menyikapi konten.
8. Bertanggungjawab secara sosial, yaitu yaitu pemahaman ragam konteks.


Sadar atau tidak, kita adalah bagian dari dunia. Alam maya membawa kita terbang dari satu tempat ke tempat lain, dari satu negara menuju negara lain.
Seperti moderator kita sore ini yang tulisannya sudah mendunia. Dari sekian media sosial yang dipakai sebagian besar rakyat dunia, perlu literasi media yang massif agar kita mampu menggenggam dunia dengan cara yang benar.


1. Perhatian 
Kemampuan untuk mengidentifikasi ketika dibutuhkan fokus perhatian dan mengenali ketika multitasking bermanfaat. Perhatian dapat dicapai dengan memahami bagaimana pemikiran orang. Akan sulit untuk memfokuskan perhatian karena pikiran kita cenderung berjalan acak.
2. Partisipasi
Mengetahui kapan dan bagaimana partisipasi merupakan hal penting. Partisipasi memberikan pengguna pengalaman berbeda saat menjadi produktif. Partisipasi dalam media sosial dibedakan menjadi dua yaitu netizen aktif dan netizen pasif. Netizen aktif merupakan pengguna media sosial yang ikut memberikan post di media sosial. sedangkan pengguna pasif merupakan pengguna media sosial yang hanya membaca lini masa media sosial tanpa memberikan posting-an.
3. Kolaborasi
Pengguna dapat mencapai lebih dengan bekerja sama dibandingkan dengan bekerja sendirian. Melalui kolaborasi, redudansi dapat dihilangkan dan pekerjaan dapat didistribusikan. Adanya kolaborasi memungkinkan masyarakat berbagi sumber daya dan membangun ide lain.
4. Kesadaran jaringan
Jaringan sosial saat ini diperluas dengan adanya teknologi. Saat ini masyarakat dapat menjadi anggota dari newsgroup, komunitas virtual, situs gossip, forum dan organisasi lainnya. Pemahaman mengenai sosial dan jaringan teknis.
5. Pemakaian secara kritis
Pemakaian secara kritis adalah evaluasi tentang apa dan siapa yang dapat dipercayai. Sebelum mempercayai, mengkomunikasikan, atau menggunakan apa yang ditulis oleh orang lain, ada baiknya melakukan identifikasi. Cek klaim yang terdapat dalam informasi tersebut, lihatlah latar belakang penulis, sumber daya dan keakuratannya.


Literasi media sosial merupakan suatu keterampilan yang diperlukan untuk tetap dapat melakukan aktifitas ber-media sosial dengan aman. Sebagai warganet yang baik, kita harus mampu menyaring dan memberikan informasi yang edukatif. Sesuai dengan istilah media sosial yang dikemukakan oleh (Taylor & Francis Online, 2014) bahwa media sosial memiliki akronim sebagi berikut:
1. Sharing views
2. Optimizing Knowledge
3. Collaborating on projects
4. Investigating new ideas
5. Advocacy for your service provision
6. Learning from others
7. Making new connections
8. Enhancing your practice
9. Debating the future
10. Inspirational support
11. An essensial tools for your information toolbox

Media sosial yang kental dengan kehidupan masyarakat saat ini, menunjukkan bahwa animo masyarakat terhadap kebutuhan informasi juga meningkat. Sebenarnya hal ini merupakan hal yang baik. Sayangnya, karena media sosial merupakan salah satu arena untuk menyebarkan informasi, maka ada banyak informasi yang simpang siur.



Membangun mental digital berarti membangun karakter para generasi bangsa menuju masa emas 2045. Generasi milenial dalam dunia digital akan terus menggelinding dan akan menjadi pemimpin bangsa di masa depan. Target Indonesia emas (2045) akan tercapai bila generasi milenial saat ini melek wawasan kebangsaan, dan menguasai literasi kebangsaan.

Syarat cerdas berliterasi digital adalah memiliki karakter kebangsaan yang perlu dijunjung  tinggi dan harus menjadi poin utama dalam berbagai aspek. Beberapa nilai-nilai karakter yang perlu ditanamkan diantaranya:
1. Nilai Kejujuran
2. Nilai Semangat
3. Nilai Kebersamaan atau Gotong royong
4. Nilai Kepedulian  atau solidaritas
5. Nilai Sopan santun
6. Nilai Persatuan dan Kesatuan
7. Nilai Kekeluargaan
8. Nilai Tanggungjawab

Selanjutnya sesi tanya jawab:
P1: Saya adalah guru periode emas yang sudah mengenal banyak periode dari telpon operator, sampai sekarang dunia digital. Sehingga jika dibandingkan dengan anak-anak muda sekarang saya merasa ketinggalan.

a. Bagaimana mengatasi kekurangan seperti saya dan generasi yang lambat terima perkembangan teknologi ini 

b. Bagaimana cara 'merazia' hp siswa sewaktu-waktu sehingga kita tahu konten apa saja yang diterapkan mereka?

c. Sangat perlu dimasukkan Etika berliterasi digital dalam kurikulum kita. Sehingga mapel Informatika tidak diajarkan sebagai materi kaku, tapi lebih pada etika. Bagaimana pendapat ibu?

d. Daya dukung di sekolah tidak selamanya ada. Karena mereka lebih fokus pada dana BOS yang kaku. Bagaimana menyikapinya? (Tidak ada kegiatan ekstrakurikuler selama pandemi)

e. Tips dan tips dari ibu berdua: kenapa bisa jadi motivator? 

J1: 
A. Cara mengatasi kekurangan dalam teknologi tentu dengan ngulik belajar dan memahami aplikasi pada piranti digital. Saya juga bukan anak milenial yang hebat. Tapi saya sering berkelana di youtube untuk mencari pengetahuan.

b. Tak perlu merazia Hp Pak. Kita ikuti saja perkembangan mereka di fb dengan berteman di setiap medsosnya. Terkadang dengan di razia kita malah tak tau mereka membuat konten apa. Tetapi dengan kita melihat story mereka di sosmed kita tahu banyak tingkah mereka

C. Sangat setuju sekali Pak. Itulah sebabnya pemerintah sangat gencar dengan AKM 

D. Kegiatan Ekslul sebenarnya bisa disikapi dengan keterampilan secara virtual. Bapak bisa memberikan tantangan kepada siswa untuk membuat konten dari materi yang diajarkan

E. Kenapa bisa jadi motivator? Karena orang lain bisa tergerak dengan perbuatan baik saya. Contoh, ketika saya terjun pada dunia literasi. Sebagian teman kantor saya ikut terjun pula pada literasi daj bahkan anak didik saya

P2: Melalui langkah apa untuk mengedukasi para generasi muda    karena penggunaan sudah masif, sementara tidak ada dalam  kurikulum Sekolah?
J2: Edukasi di pada media digital bisa kita lakukan dengan cara:contoh kecil ibu buat sebuah story di medsos ibu tentang refkeksi pembelajaran, jika bisa boleh ditambah dengan foto2 kegiatan mereka. Setelah itu ibu tag mereka. Dengan begitu lama kelamaan mereka secara tak sadar sudah terjun dalam literasi media.
Langkah kedua bisa ibu berikan tantangan kepada mereka untuk membuat story di sosmed terkait refleksi pembelajaran dan tag teman2nya beserta akun ibu. Nah, cara saya ngintip tingkah mereka adalah dengan akun temannya, yang memang kita lakukan pendekatan  dalam target literasi media. Jadi saya membuat sebuah komunitas di sekolah yang dari mereka saya berikan arahan untuk be aware dalam bermedia sosial. Dan dari komunitas ini lahir informasi2 yang yang memantik edukasi.

P3: Saya Sumi Suseni dari kab. Kolaka Timur Sulawesi tenggara. Saya mau tanyakan bagaimana kita meninggalkan jejak digital terbaca  di google.. misalnya klik Sumi suseni bisa langsung terbaca... hal apa yang bisa di lakukan?
J3: Langkah yang perlu kita tempuh untuk agar jejak digital kita terbaca adalah dengan sering melakukan post pada blog. Atau media lainnya. Apabila postingan kita ingin cepat terbaca, menulislah sesuatu yang sangat dicari oleh konsumen/pembaca. Contoh berita yang sangat viral. Media yang mendunia seperti wordpress apabila sering kita isi tulisan akan menyimpan nama kita sebagai penulis yang continue.

P4: 

Closing Statement: Mulailah dari diri kita, yang memberi perubahan. Jika mereka tampak acuh, biarkan, semakin acuh mereka semakin penasaran.

Roses Are Red
Violets are blue
Please don't be sad
Because we will soon see you

I like this pantun from Ms. Phia 😅

Komentar

  1. Masya Allah....pembelajar sejati...dalam lelah dan waktu terbatas masih bisa menulis sistematis .....sehat dan semangat ya Bu.....semoga besok lancar dan berhasil
    baik sesuai harapan....👍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bunda Ewi you are my sun you are my inspiration, you are my booster spirit 💪🥰

      Hapus
  2. Balasan
    1. Kesibukannya yang luar biasa Say. Klo orangnya mah biasa di luar 😅

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Profil Mafrudah

Berbagi Praktik Baik Literasi Digital

Telah Terbit Buku Solo Perdana